Pantauan tim media pada Jumat (18/07/2025) menunjukkan bahwa lapisan atas beton mulai terkelupas, memperlihatkan kerikil di permukaan. Campuran pasir dan semen pun tampak berhamburan, memunculkan dugaan rendahnya kualitas material dan pengerjaan proyek.
Seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaannya kepada media.
“Pembangunan ini baru, tapi lihat saja kondisinya. Ini bukan sekadar kurang, tapi benar-benar kualitasnya sangat buruk,” ujarnya kepada media, enggan disebutkan namanya.
Kasus ini turut disorot oleh tim media online lokal yang menduga adanya indikasi ketidaksesuaian dalam pelaksanaan proyek, baik dari sisi teknis maupun pengawasan.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dusun (Kadus) VIII, Sumiati, membenarkan bahwa proyek tersebut dibangun pada tahun 2024. Namun ia mengaku tidak dilibatkan dalam proses awal proyek.
“Titik nol saya tidak ikut. Kami hanya diberi tahu oleh pak kades bahwa besok proyek dibangun di sana,” ungkapnya.
Sumiati juga menyebut bahwa sebelum pembangunan, sempat dilakukan musyawarah dusun (Mundus). Namun setelah itu, perangkat dusun tidak mengetahui secara rinci proses teknis maupun pelaksanaan lapangannya.
“Kalau mau lebih detail, tanya langsung ke kepala desa. Kami setelah titik nol tidak dilibatkan lagi,” tambahnya.
Pernyataan ini mengindikasikan adanya kekosongan koordinasi antar perangkat desa, padahal proyek tersebut berada langsung di wilayah kepala dusun.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai pengawasan internal pemerintah desa, serta dugaan kuat bahwa proyek tidak sesuai dengan standar pengerjaan yang seharusnya. Dengan anggaran yang menyentuh Rp 205 juta, hasil yang diperoleh warga tidak mencerminkan pembangunan yang berkualitas.
Warga berharap agar pihak berwenang, termasuk inspektorat dan aparat hukum, segera melakukan evaluasi dan audit menyeluruh terhadap proyek tersebut demi menjamin akuntabilitas penggunaan dana desa.(Sefti Meliyanti)